Herdy TNT

Kamis, 26 Mei 2011

Konsep Rumah Islami

Bagi setiap muslim, rumah yang Islami tentu menjadi idaman. Namun, tidak semua bisa memahami apa sebenarnya yang disebut rumah Islami itu. Sehingga, banyak yang salah kaprah menerjemahkan konsep rumah Islami. Menurut Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Budi Sukada, rumah yang Islami bukanlah rumah yang desain arsitekturnya seperti masjid atau rumah yang di dalamnya penuh dengan ornamen-ornamen Islam, seperti kaligrafi, dan lainnya. Rumah yang Islami, katanya, adalah rumah yang efisien, bisa untuk sarana dzikir kepada Allah, dan mengingat akan mati, serta tidak dibuat-buat. ''Rumah yang Islami itu bukan yang menghadap kiblat atau yang WC-nya tidak menghadap kiblat. Namun, rumah Islami adalah rumah yang dibuat dan tidak dibuat-buat,'' katanya kepada Republika usai berbicara pada diskusi Perlambang dalam Peradaban Islam, di arena Islamic Book Fair, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Budi mengungkapkan, rumah yang Islami adalah rumah yang memungkinkan penghuninya untuk saling bersilaturahmi dan berinteraksi. Sementara itu, privasi masing-masing orang juga bisa terjaga di dalamnya. ''Kalau kriteria-kriteria tersebut terpenuhi, baru menjadi tugas arsitek untuk mewujudkan itu dalam desainnya,'' ungkapnya. Namun, kata dosen Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia (UI) ini, tidak semua orang bisa memahami hal ini. Bahkan, para pemilik rumah sering kali tidak mau kalau rumahnya tidak dibuat-buat. Mereka ingin agar rumahnya terkesan mewah dan megah. ''Kebanyakan orang sekarang justru ingin rumahnya tertutup dari lingkungan luar dan para tetangga.
Mereka membangun tembok rumah yang tinggi-tinggi. Kecenderungannya sekarang kita memang menjadi semakin individualis,'' ujar alumnus jurusan Teknik Arsitektur UI ini. Masyarakat sekarang juga lebih suka mendesain tata letak ruangnya di mana orang tua tidur di lantai atas sedangkan anak-anak tidur di lantai bawah. Ini menyebabkan anak-anak dan orang tua tidak bisa bersilaturahmi dan berinteraksi dengan baik. Desain rumah yang Islami, sebut Budi, terdapat zona-zona di mana privasi masing-masing penghuninya terjaga atau tidak terganggu. ''Rumah yang Islami juga rumah yang bisa sebagai tempat kumpul seluruh anggota keluarga atau penghuninya,'' terangnya.
Namun, yang lebih penting rumah yang Islami adalah rumah yang tidak menutup diri dari dunia luar. Tapi, tetap memungkinkan interaksi dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan para tetangga bisa berlangsung dengan baik. Di rumah tersebut, lanjutnya, orang juga bisa merasa welcome (diterima dengan baik). Rumah Islami juga bukan rumah yang menonjolkan kemewahan dan kekayaan. Soal ornamen-ornamen yang bercorak Islami seperti kaligrafi, tutur Budi, boleh-boleh saja dipasang di rumah. Tapi, yang harus dijadikan pedoman adalah bahwa pemasangannya harus di tempat yang pas.

Kamis, 19 Mei 2011

Sistem getaran tak teredam

Definisi Sistem SDOF tidak teredam
Jika tidak ada kekuatan eksternal yang diterapkan pada sistem, sistem akan mengalami getaran bebas. Gerak sistem akan dibentuk oleh gangguan awal (kondisi awal).
Selain itu, jika tidak ada resistensi atau redaman dalam sistem, gerak osilasi akan terus selamanya dengan amplitudo konstan. Sistem seperti disebut undamped dan ditunjukkan pada gambar berikut,

  
Solusi untuk SDOF tidak teredam
Persamaan gerak diturunkan pada halaman pengantar dapat disederhanakan,

Dengan kondisi awal,


Persamaan gerak adalah perintah kedua homogen, persamaan diferensial biasa (ODE). Jika massa dan kekakuan pegas adalah konstanta, yang ODE menjadi ODE homogen linear dengan koefisien konstan dan dapat diselesaikan dengan metode Persamaan Karakteristik. Persamaan karakteristik untuk masalah ini adalah,

yang menentukan 2 akar independen untuk masalah getaran tidak teredam. Solusi akhir yang berisi 2 akar independen dari persamaan karakteristik dan memenuhi kondisi awal adalah,

Natural frequensi wn didefinisikan dengan,
 
dan hanya bergantung pada massa sistem dan kekakuan pegas (yaitu setiap redaman tidak akan mengubah frekuensi alami sistem).

Atau, solusinya dapat dinyatakan dengan bentuk yang setara,

 
Dimana amplitudo A0 dan fase awal f0,


 Contoh Perilaku Waktu
Perpindahan dari sistem tak teredam akan muncul sebagai berikut,
Harap dicatat bahwa asumsi redaman nol biasanya tidak akurat. Pada kenyataannya, ada hampir selalu ada beberapa hambatan dalam sistem getaran. Perlawanan ini akan lembab getaran dan menghilangkan energi; gerakan osilasi yang disebabkan oleh gangguan awal pada akhirnya akan berkurang menjadi nol.

Selasa, 17 Mei 2011

Contoh Soal SDOF

CONTOH SOAL 1:
Sebuah benda digantungkan pada sebuah tali yang digantung vertikal. Benda tersebut ditarik ke samping dan dilepaskan sehingga benda bergerak bolak balik di antara dua titik terpisah sejauh 20 cm. Setelah 20 detik dilepaskan, benda melakukan getaran sebanyak 40 kali. Hitunglah frekuensi, periode dan amplitudo getaran benda tersebut.
jawab :
a) Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan benda selama satu detik. Benda melakukan getaran sebanyak 40 kali selama 20 detik. Dengan demikian, selama 1 detik benda tersebut melakukan getaran sebanyak 2 kali (40 / 20).
b) Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran (T).
T = 1/f = ½ = 0,5 sekon
Jadi benda melakukan satu getaran selama 0,5 detik.
c) Amplitudo adalah simpangan maksimum diukur dari titik keseimbangan. Karena benda bergerak bolak balik alias melakukan getaran di antara dua titik terpisah sejauh 20 cm, maka amplitudo getaran benda adalah setengah dari lintasan yang dilalui benda tersebut. Dengan demikian, amplitudo = ½ (20 cm) = 10 cm
CONTOH SOAL 2 :
Sebuah benda digantungkan pada sebuah pegas dan berada pada titik kesetimbangan. Benda tersebut ditarik ke bawah sejauh 5 cm dan dilepaskan. Jika benda melalui titik terendah sebanyak 10 kali selama 5 detik, tentukanlah frekuensi, periode dan amplitudo getaran benda tersebut.
jawab :
a) Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan benda selama satu detik. Pada soal dikatakan bahwa benda tersebut melewati titik terendah sebanyak 10 kali selama 5 detik. Agar benda bisa melewati titik terendah maka benda tersebut pasti melakukan getaran (gerakan bolak balik dari titik terendah menuju titik tertinggi dan kembali lagi ke titik terendah). Karena benda melewati titik terendah sebanyak 10 kali selama 5 detik maka dapat dikatakan bahwa benda melakukan getaran sebanyak 10 kali selama 5 detik. Dengan demikian, selama 1 detik benda tersebut melakukan getaran sebanyak 2 kali (10 / 5).
b) Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran (T).
T = 1/f = ½ = 0,5 sekon
Jadi benda melakukan satu getaran selama 0,5 detik.
c) Amplitudo adalah simpangan maksimum diukur dari titik keseimbangan. Pada soal di atas, amplitudo getaran benda adalah 5 cm

Single Degree of Freedom

The simplest vibratory system can be described by a single mass connected to a spring (and possibly a dashpot). The mass is allowed to travel only along the spring elongation direction. Such systems are called Single Degree-of-Freedom (SDOF) systems and are shown in the following figure,







 


SDOF vibration can be analyzed by Newton's second law of motion, F = m*a. The analysis can be easily visualized with the aid of a free body diagram,
with the initial conditions, 
The solution to the general SDOF equation of motion is shown in the damped SDOF discussion.

Rumah Gaya Jepang

STRUKTUR RUMAH JEPANG

STRUKTUR RUMAH JEPANG
Hal terpenting yang harus diperhitungan pada saat membangun rumah du Jepang adalah ketahanannya terhadap 4 musim termasuk pada musim panas dan musim dingin. Rumah tradisional Jepang dibuat dengan terlebih dahulu memasang tiang kayu utama ditengah. Lantai ditinggikan sekitar 10 cm dari tanah lalu ditutup dengan balok kayu untuk lantai, hal ini bertujuan untuk menghindari embun dari tanah.
Area dapur dan ruang masuk memiliki lantai yang terbuat dari kayu namun ruangan dimana biasanya digunakan untuk duduk seperti ruang tamu, lantainya ditutupi dengan sejenis anyaman yang disebut tatami. Orang Jepang tidak biasa menggunakan kursi di ruangan beralasan tatami ini, mereka biasa duduk dengan beralasan tatami atau menggunakan bantal tipis yang disebut zabuton. Inilah alasannya mengapa orang Jepang melepas sepatunya ketika masuk rumah.
Kerangka rumah Jepang terbuat dari kayu dan sisi melebarnya ditopang oleh tiang vertikal, balok yang disusun mendatar dan bingkai diagonal. Bingkai diagonal merupakan adaptasi dari teknologi asing yang diadaptasi oleh masyarakat Jepang. Ciri khas dari rumah Jepang adalah adanya atap yang lebar dan atap yang tinggi untuk melindungi penghuninya dari sinar matahari di musim panas.
Pada masa lalu dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang direkatkan dengan adonan tanah sebagai perekat atau lem nya, namun kini banyak material lain yang bermacam-macam untuk membuat dinding rumah Jepang. Bahan yang sering digunakan saat ini adalah plywood (tripleks). Pada masa lalu banyak rumah yang memiliki tiang penyangga yang tersembunyi yang berada di balik dinding. Pada jaman Meiji (1868-1912), rumah dibuat dengan metode baru dengan memasang tiang penyangga di dalam dinding untuk mengurangi bahaya ketika terjadi kebakaran. Pada jaman Meiji banyak atap ditutupi dengan sirap atau jerami, namun kini biasanya atap rumah ditutupi dengan genteng atap yang disebut kawara. Rumah Jepang saat ini dibuat dengan kombinasi gaya tradisional dan teknologi modern.
B.H.D
Sumber : www.jpf.go.jp/kyouzai/
Rumah tradisional Jepang dibuat dari kayu dan ditunjang tiang-tiang kayu. Namun dewasa ini rumah Jepang biasanya mempunyai kamar-kamar bergaya Barat dengan lantai kayu dan kerap dibangun dengan tiang-tiang baja. Lagi pula, makin banyak keluarga di kawasan perkotaan tinggal di gedung-gedung apartemen baja beton yang besar.
Ada dua perbedaan besar dengan rumah Barat, yakni orang tidak mengenakan sepatu di dalam rumah dan setidaknya ada satu ruang yang cenderung dirancang dalam gaya Jepang, berlantaikan tatami. Orang melepaskan sepatu begitu memasuki rumah agar lantai rumah tetap bersih. Genkan, jalan masuk, merupakan tempat untuk melepaskan sepatu, meletakkannya, dan mengenakannya kembali. Setelah melepaskan sepatu, orang Jepang mengenakan sandal rumah.
Tatami adalah sejenis tikar tebal yang dibuat dari jerami, sudah dipakai di rumah Jepang sejak sekitar 600 tahun yang lalu. Sehelai tatami biasanya berukuran 1,91 x 0,95 meter. Ukuran ruang/kamar biasanya didasarkan pada jumlah tatami. Lantai tatami terasa sejuk pada musim panas dan hangat pada musim dingin, dan tetap lebih segar daripada karpet selama bulan-bulan lembab di Jepang.
Selasa, 28 Maret 2006 06:14:56
Artikel Iptek – Bidang Tata Kota, Perumahan dan Permukiman
Perkembangan Rumah Prefabrikasi
Oleh Muhammad Sani Roychansyah
Rumah prefabrikasi (disingkat prefab) adalah rumah yang kontruksi pembangunannya cepat karena menggunakan modul hasil fabrikasi industri (pabrik). Komponen-komponennya dibuat dan sebagian dipasang oleh pabrik (off site). Setelah semuanya siap, kemudian diangkut ke lokasi, disusun kembali dengan cepat, sehingga tinggal melengkapi utilitas (utility) serta pengerjaan akhir (finishing). Dengan demikian, beberapa manfaat seperti waktu konstruksi yang cepat, lingkungan pembangunan yang lebih bersih, dan biaya yang lebih murah, dapat diraih. Karena biasanya berdasar atas modul, maka keleluasaaan pemilihan disain pun menjadi terbatas pada apa yang telah tersedia. Namun ini tidak mengurangi minat pasar untuk terus menggunakannya.
Dibalik fakta yang dijelaskan di atas, konotasi kata prefabrikasi saat ini mengalami perubahan. Era sebelumnya rumah prefabrikasi hanya mengandung terminologi: material terbatas, massal dan hibrid pada suatu lokasi, moduler, panel, fabrikan (manufactured), dengan sistem semi-fix (pre-engineered system). Namun kini, terutama di Jepang, rumah prefab tak ada bedanya dengan rumah-rumah biasa: materialnya beragam bahkan high-tech end, tidak harus massal pembangunanya (fleksibel sesuai kebutuhan), dan bersifat permanen. Faktor terakhir ini (budaya berumah) tak lepas dari perjalanan sejarah industri perumahan di Jepang sendiri.
Perkembangan Rumah Prefabrikasi
Definisi rumah prefab di dunia sangat beragam. Di Amerika atau Canada rumah prefab lebih dikenal sebagai manufactured house yang bertumpu pada struktur baja, mengikuti mobile home atau caravan sebagai rumah dinamis yang menjadi pendahulu untuk hampir empat abad lamanya (sebutan lain adalah portable house prefab). Ini juga tidak lepas dari proses produksi manufactured house yang 85% di antaranya harus diselesaikan di dalam pabrik, atau masih dibedakan dengan modular house sebagai rumah prefab. Data tahun 1996, 24% konsumsi rumah baru di Amerika adalah rumah keluaran pabrik ini (3% di antaranya adalah rumah prefab moduler).
Kasus di Eropa (terutama negara-negara baltik) dan Jepang berbeda lagi. Rumah prefab hanya mempunyai satu definisi. Yaitu sebagai rumah dengan modul tertentu dan dibangun layaknya rumah biasa (dari satu lantai sampai low rise house). Bedanya adalah sebagian dari komponennya banyak yang diselesaikan di pabrik. Beberapa kalangan mengelompokkan pendefinisian ini ke dalam dwellhouse prefab dan telah menjadi bagian dari budaya berumah di negara-negara tersebut. Setelah perang dunia kedua, dengan banyaknya proyek rehabilitasi permukiman atau pembangunan massal, rumah prefab banyak menjadi pilihan karena kecepatan pembangunannya dan murah. Kayu banyak digunakan sebagai pilihan utama material bangunan karena sifat fleksibiltiasnya (menyangkut teknologi pada saat itu).
Dari kayu ini, saat ini material bangunan untuk rumah prefab sudah sangat beragam, seperti beton pracetak (precast concrete), baja ringan (light gauge-steel), kayu lapis (timber framed) dan beragam materi mutakhir lainnya. Dari produksi massal, saat ini masyarakat bisa memilih rumah-rumah prefab itu secara individu dengan hanya memilih disain di katalog atau ruang pamer (housing plaza) dan beberapa modifikasi yang dimungkinkan. Rumah akan berdiri dalam waktu pengerjaan (construction time) tak lebih dari sebulan setelah semua syarat (termasuk tanah tentunya) tersedia.
Merespon Isu Keberlanjutan
Dewasa ini, imej rumah prefab sebagai rumah semi permanen mulai pudar. Bahkan di Jepang anggapan rumah prefab adalah rumah sementara itu hampir tidak ada. Objektivitas ini didukung oleh budaya bermukim di Jepang dan erat hubungannya dengan dasar-dasar rumah Jepang itu sendiri, seperti adanya kebiasaan penggunaan modul untuk ukuran ruang (jou, ken, kiwari, dan sebagainya). Perkembangan aspek-aspek kenyamanan, gaya, fungsi, kekuatan, kemudahan perawatan, dan keterjangkauan dari rumah prefab ini menjadikannya mengalami peningkatan dalam penjualan. .
Daiwa House dan Sekisui House yang telah lama bergerak dalam bisnis real estat sejak awal tahun 1960-an, yang diikuti Mitsui House dan Misawa Home, telah menggunakan konsep rumah prefab untuk produk-produknya sejak awal. Dengan mempercepat jangka waktu konstruksi dan pengerjaan di lokasi, kualitas terkontrol di pabrik, maka beberapa masalah yang berhubungan dengan biaya konstruksi dan gangguan terhadap lingkungan saat konstruksi sedikit banyak bisa tereduksi. Selain itu respon terhadap isu berkeberlanjutan mulai lebih diperbarui dengan pemanfaatan material-material bangunan ramah lingkungan (eco friendly materials), seperti penggunaan bahan-bahan daur ulang (recycled materials) dan sistem fisika bangunannya pun lebih bertumpu pada solar atau hybrid power system.
Meskipun terdapat keterbatasan disain (minimalis) pada disain rumah prefab, namun pada kenyataannya produksi rumah prefab di Jepang (termasuk untuk ganti model) menunjukkan kecenderungan naik akhir-akhir ini (dari tahun 1991-2000 tiap tahun terdapat pembangunan sekitar 1.2-1.5 juta rumah prefab ini, JREI, 2000). Peran pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Jepang dalam mendorong pengembangan rumah prefab sebagai bagian dari metode memperbanyak jumlah rumah layak bagi masyarakat pun berperan besar. Faktor mahalnya harga tanah dan bangunan menjadi faktor penghambat masyarakat memiliki rumah, terutama bagi keluarga muda. Mereka yang memilih tinggal di pinggiran kota atau kota-kota kecil lah yang dibidik sebagai konsumen rumah prefab ini. Mereka lebih memilih hidup di atas rumah sendiri meskipun kecil. Persis seperti ungkapan Frank Gehry, seorang arsitek dunia dalam merespon perkembangan rumah mungil prefab ini, “The problem with the younger generation is that no-one is interested in making monuments”.
Muhammad Sani Roychansyah, staf di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan FT UGM, saat ini sebagai Postdoctoral Research Fellow pada Department of Architecture and Building Science, Tohoku University, Sendai, Jepang.